Kamis, 11 November 2010

PostHeaderIcon Inline Skate, Agresif Tapi Indah

From From Amir Sodikin
Kali ini kita bernostalgia dengan sepatu roda. Ups... ke mana aja para penggemar sepatu roda yang di tahun 1980-an sempat heboh? Hmm...
sekarang kita tak cuma membahas sepatu roda, tapi lebih ekstrem
lagi: "inline skates"! Lebih sangar lagi, kali ini bukan inline skates yang mengutamakan speed, kebut-kebutan itu, tapi inline skates yang agresif, yang lompat-lompat enggak karuan itu.

Kalau sepatu roda dianggap jadul, inline skates yang agresif ini beda banget. Walaupun komunitas inline skates di Indonesia mulai "padam", di
acara Urbanfest yang digelar 28-29 Juni nanti di Ancol, Jakarta, bakal
membangkitkan kembali komunitas inline skates yang lama tertidur.

"Inline skates, apalagi yang agresif, ini seperti badak, mereka
ada tapi sulit ditemukan," kata Detje Ahmad Nursyamsi, Manajer Urban
Sport untuk Urban Fest 2008.
Wah, penggambarannya serem ya, kayak badak! Tapi, setelah bertemu
dengan anggota komunitas inline skates di samping lapangan tenis
Senayan, memang sih mereka terlihat sangar he-he.

Billy "M Ikbal" (28) badannya terlihat kekar dengan berat hampir
80 kg. Tapi, dia dengan ringan memperagakan berbagai gerakan
berbahaya, termasuk memanjat tembok hingga jatuh dari ketinggian atap
bangunan, tentu saja jatuh dengan gaya.

Bahkan, gerakan Billy yang bertenaga bisa seperti atlet parkour
(olahraga lompat-lompat tanpa alat). "Billy ini prestasinya dulu
sempat jadi orang nomor satu di inline skates, pernah ke New Zealand
dan bisa memenangi kejuaraan regional. Yang saya suka dari Billy
adalah gaya fish brain-nya" kata Detje.

"Kalau yang ini, Krishna Murti. Ia termasuk anggota lama dan
sering menjuarai lomba juga. Badannya elastis kayak karet," kata Detje
menjelaskanteman- temannya. Detje dulu juga aktif di inline skates, tapi lama absen. "Sudah tua he-he," katanya.

Satu garis
Inline skates atau dulu sering disebut roller blades merupakan
salah satu tipe roller skates yang menggunakan roda dengan konfigurasi
satu baris. Di bawah sepatu mereka, yang harganya mulai Rp 1,5 juta
itu, ada roda-roda yang dipasang dalam satu garis saja.

Ini berbeda dengan tipe quad skates yang memiliki konfigurasi dua
roda di depan dan dua roda di belakang. Inline skates bisa memiliki
dua, tiga, empat, atau lima roda asal dipasang segaris.

Dulu, menurut situs www.skates.co.uk, inline skates ini
diperkenalkan atlet Rusia yang menggunakannya untuk latihan ice skates
di lapangan padat bukan es. Tapi, model inline skates juga digunakan
untuk rekreasi, olahraga, dan kompetisi. Perusahaan yang memopulerkan
justru dari Amerika Serikat, Rollerblade Inc, milik Scott dan Brennan,
pada tahun 1980-1990.

Di Indonesia, menurut Billy, komunitas inline skates mulai tumbuh
tahun 1996. "Ya, di samping lapangan tenis Senayan ini kami dulu
bermain. Dulu, sempat kucing-kucingan dengan petugas keamanan karena
dianggap roda-roda sepatu kami merusak tembok," katanya.

Inline skates sering memanfaatkan pinggiran tembok untuk
menjalankan aksi berbagai gaya. Diakui, memang peralatan yang lama
bisa merusak tembok, tetapi peralatan yang baru sudah tak merusak
seperti dulu.

"Dulu, rodanya pakai bahan besi jadi cuma bisa di rel kereta api.
Tapi sekarang rodanya pakai bahan polyuretine dan bentuknya mengikuti
bentuk pinggiran tembok," kata Krishna Murti.

Karena termasuk olahraga ekstrem, baret-baret dan benjol sudah
biasa bagi mereka. "Yang penting jangan sampai patah, kami belum
pernah sampai patah tulang," kata Erich yang mengaku sering main
sendirian di kompleks Telaga Kahuripan, Parung, Bogor.

Belum mapan
Inline skates di dunia internasional termasuk olahraga yang diakui
dan sering menggelar kompetisi rutin. Di Indonesia, inline skates
masih di wilayah "abu-abu" karena belum mendapat pengakuan.

"Di Indonesia, inline skates di bawah naungan Persatuan Sepaturoda
Seluruh Indonesia atau Porserosi, mungkin karena dianggap sama-sama
punya roda he-he...," kata Detje.
Inline skates tak seberuntung skateboard yang memiliki asosiasi
tersendiri. Dari sisi usia kelahiran, skate board memang lebih dulu
ada dan punya komunitas lebih banyak.

Cabang olahraga inline skates yang speed dan hoki di Indonesia
memang sudah rutin menggelar kompetisi, tapi untuk jenis agresif ini,
belum ada.

"Padahal, yang populer di kalangan komunitas ini justru yang
agresif," kata Billy.

"Inline skates yang agresif ini lebih indah dan lebih menghibur,
beda dengan speed yang hanya mengutamakan kecepatan," tambah Detje.
Karena itu, dia berharap, pada Urbanfest kali ini, komunitas inline
skates yang mati suri bisa dihidupkan kembali.

"Silakan bagi yang menyukai inline skates datang ke Urbanfest,
kita bisa berbagai pengetahuan soal inline skates, mulai dari
peralatan hingga praktik langsung," kata Detje yang berencana
mengundang beberapa komunitas, termasuk dari Kalimantan.
"Saya kaget, ternyata di Kalimantan komunitas mereka juga
berkembang, bahkan peralatannya canggih," ujar Detje.(AMIR SODIKIN) 

0 komentar:

Posting Komentar

Category

Foto (16) Info (16) Latihan (5) Liputan (1) Pertandingan (2) show (2) SMP44 (1) Song (2) Tips (2) TV (1) Video (12)

Skate Videos on Vimeo

The Power Of Blue

Flash News

Hot Pics

All About Inline Skate

Translate it !

I'am Online

Balance Twit

TV Live Streaming

Balance in Action

Balance News

Info Bandung (Twitter)

Inline Planet (Twitter)

News Feed

Visitors Map